Larangan Zina dan Pacaran Disuarakan Lewat Syarhil Tilawah di Lapangan MAN Tapanuli Selatan

Tapanuli Selatan, (Humas) — Rabu, 8 Oktober 2025, suasana pagi di MAN Tapanuli Selatan terasa begitu khusyuk dan penuh makna. Udara sejuk khas pagi hari menyelimuti kawasan madrasah, sementara sinar mentari perlahan menembus embun yang masih menggantung di rerumputan lapangan. Di tempat inilah, kegiatan Syarhil Tilawah digelar dengan penuh semangat dan kekhidmatan oleh para siswa.

Dengan mengusung tema besar “Pemuda dan Remaja di Era 4.0”, penampilan kali ini berfokus pada pesan penting tentang larangan pacaran dan zina — dua hal yang menjadi tantangan besar bagi remaja di zaman modern yang serba terbuka ini. Melalui lantunan ayat suci, makna mendalam, dan syarah penuh penghayatan, para siswa diajak untuk merenungkan betapa pentingnya menjaga kehormatan diri serta menjauhi segala hal yang dilarang oleh Allah SWT.

Ayat yang menjadi dasar utama dalam syarhil ini adalah Q.S. Al-Isra ayat 32, yang berbunyi: “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.”

Pesan dari ayat tersebut begitu kuat menggema di lapangan. Melalui suara lantang dan penuh keyakinan, para peserta mengingatkan seluruh siswa agar tidak hanya menjauhi zina, tetapi juga segala perbuatan yang mendekatinya — termasuk pacaran yang sering dianggap hal biasa oleh sebagian remaja.

Selain itu, dibacakan pula Q.S. An-Nahl ayat 105, yang bermakna: “Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah.”

Ayat ini mengandung pesan bahwa remaja beriman harus berhati-hati terhadap berbagai tipu daya zaman dan gaya hidup bebas yang sering dibungkus dengan kata “cinta” atau “modernitas”, padahal sejatinya menjauhkan dari nilai-nilai Islam.

Penampilan syarhil tilawah ini dibawakan oleh tiga siswi berbakat dari kelas X-4, yaitu:
    •    Putri Ramadani sebagai Pensyarah, yang dengan penuh keyakinan dan retorika yang kuat menjelaskan makna ayat dan mengajak rekan-rekannya untuk menjaga kesucian diri.
    •    Widya Hannum sebagai Qoriah, yang membuka acara dengan lantunan ayat suci yang indah, membuat suasana lapangan menjadi hening dan penuh kekhusyukan.
    •    Silvi Mei Khairani sebagai Saritilawah, yang membacakan terjemahan dan makna dengan suara lembut dan menyentuh hati, memperkuat pesan moral yang disampaikan.

Suasana lapangan seketika berubah menjadi hidup. Para guru dan siswa terlihat terhanyut dalam lantunan ayat dan penjelasan maknanya. Setiap kalimat yang keluar dari ketiga siswi tersebut seolah menggugah hati yang mendengarnya. Tak hanya sekali, tepuk tangan riuh dari para guru dan siswa beberapa kali terdengar menyelimuti penyampaian mereka, tanda kekaguman atas keberanian dan kefasihan para peserta dalam menyampaikan pesan dakwah yang begitu mendalam.

Dalam wawancara singkat seusai penampilan, Putri Ramadani menyampaikan kesannya, “Kami ingin mengingatkan diri kami sendiri dan teman-teman, bahwa pacaran bukanlah tanda cinta, tapi jalan yang bisa menjerumuskan. Menjaga diri berarti menjaga kehormatan dan masa depan.”

Widya Hannum menambahkan dengan mata berbinar, “Saya merasa terharu bisa membacakan ayat yang mengingatkan kita untuk menjauhi perbuatan zina. Semoga apa yang kami sampaikan bisa menyentuh hati teman-teman.”

Sementara itu, Silvi Mei Khairani menutup dengan ungkapan penuh makna, “Menjadi remaja di era 4.0 memang penuh tantangan, tapi kita harus kuat dan cerdas dalam menjaga batas-batas yang Allah tetapkan.”

Kegiatan syarhil tilawah di lapangan MAN Tapanuli Selatan ini bukan sekadar perlombaan seni baca dan tafsir Al-Qur’an, melainkan juga wadah pembinaan karakter Islami bagi para siswa. Melalui kegiatan seperti ini, madrasah berharap dapat menumbuhkan generasi muda yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki iman, akhlak, dan integritas moral yang kuat.

Riuh tepuk tangan dan wajah kagum dari para guru serta siswa menjadi penutup manis bagi penampilan mereka. Di tengah derasnya arus globalisasi dan pengaruh media sosial, pesan dari kegiatan syarhil ini menjadi pengingat bahwa nilai-nilai kesucian, kehormatan, dan ketakwaan harus tetap dijaga oleh setiap generasi muda Islam. (hen)

Similar Posts